Tittle : 2nd Meeting
Cast : Eunhyuk SJ, Luna F(x), Etc.
Genre : Sad Romance, Life, Angst(Just a
little bit)
Rating : G
Summary : ”If you’re not too long, I’ll
wait here for you all my life.”
***
Eunhyuk POV
“Aku tahu kau tidak salah.
Mereka hanya iri padamu. Tapi maaf, orang tuaku tidak menyetujui hubungan ku
denganmu. Mianhae, jeongmal mianhae. Kalau aku ada di depanmu sekarang, aku
yakin aku akan memelukmu lama dan takkan ku lepas. Mian, aku harus pergi ke
Paris…”Ku ketikkan SMS terakhir untuk pacarku,
Luna. Layar touchscreen ponselku basah oleh air mata. Entahlah, aku terlalu
mencintainya.
“JANGAN BERHUBUNGAN LAGI DENGANNYA!! SUDAH KUBILANG DIA PEMBUNUH!!”Appa
memasuki kamarku dan segera menamparku. Tanpa jeda, beliau langsung mengambil
ponsel dari tanganku dan melemparnya dari jendela apartemen ini. Hancur. Hanya
serpihan hitam yang ku temui. Kartu SIM? Tidak tahu kemana. Memory card? Hanya
ada di akal sehatku sekarang, entah sampai kapan.
Luna POV
Sampai sekarang rasa bersalah ini tidak pernah hilang. Perasaan aneh
sering menghantui ketika aku mulai mengigat kejadian itu. Kejadian dimana semua
orang berpikir bahwa aku orang yang sangat jahat, mungkin lebih jahat dari
seorang ibu yang menaruh anaknya di panti asuhan. Ketika semua orang
berprasangka buruk terhadapku, menuduhku dengan tuduhan yang sangat tidak
benar. Dan itu membuat pacarku, ikut meninggalkanku. Kejadian itu membuatku
jauh dari umum dan mulai menjauh dari Korea. Untuk membuat kisah baru, dan
melupakan kisah yang lama.
Untunglah Ayahku sudah melaporkan semua kejadian ke polisi, polisi
mewawancaraiku dan ia segera mencari tersangkanya. Tapi semua teman dan
orang-orang tetap menjauhiku. Mereka berpikir kalau keluargaku menyogok polisi
untuk segera menghapus kasus ini. Posisi keluargaku yang memang sedang sampai
di puncak kesuksesannya membuat mereka berpikir kalau ayahku akan menyogok
polisi-polisi itu.
Sekarang aku tinggal sendiri di Apartemen mewah di Jepang. Memang
Jepang dan Korea sangat dekat, dan akupun sudah meminta restu dari ayahku. Tapi
beliau tidak mengizinkannya karena aku anak semata wayang dan ibuku sudah
meninggal 11 tahun yang lalu. Beliau
tidak ingin kehilangan lagi, sepertinya.
Sudah 5 tahun semenjak kejadian itu, kejadian yang mengganggu
separuh masa hidupku. Aku memang menikmatinya, tapi tetap saja itu tuduhan yang
tidak benar. Selalu menghantui pikiranku. Kalaupun sesekali aku terdiam dan
berpikir jernih, kisah itu selalu jadi akhirnya. Niatku untuk pergi ke Jepang
adalah untuk kuliah di bidang seni tari dan melupakan ingatan itu. Tapi niat
ke-2 itu gagal, tidak ada perubahan yang meningkat dari niat ke-2.
-Flashback-
Author POV
“Pertemuan kali ini saya cukupkan sampai disini. Terimakasih.”Goo
seonsaengnim pergi membawa bukunya dari kelas 12-3. Bel pulang berbunyi, itu
tandanya lautan siswa akan keluar menuju gerbang sekolah. Luna berencana untuk membeli
makanan kecil untuk diberikan kepada anak-anak panti asuhan Busan.
Sekitar 4 box makanan kecil dan 2 kardus besar pakaian sudah siap
diantarkan. Eunhyuk yang setia menemaninya mengantar Luna dengan mobil.
Perjalanan jauh ke Busan memakan waktu hampir 2 jam, tapi itu tidak menyurutkan
semangat Luna untuk berbuat terpuji. Eunhyuk yang menjadi pacarnya mungkin
sangat bangga dengan sifat dan kepedulian Luna.
Setelah membagi-bagikan makanan yang mereka bawa di panti asuhan itu
mereka langsung pulang. 2 hari kemudian Luna mendapatkan kabar kalau 5 orang
anak di panti asuhan itu meninggal akibat makanan yang Luna berikan. Luna tidak
bisa menyalahkan Eunhyuk yang mengantarnya pada saat itu. Toko tempat ia
membeli makananpun pada hari itu langsung berganti menjadi butik baju-baju
kuno. Pedagangnya tidak tahu pergi kemana, ia pergi tanpa jejak.
Luna frustasi. Prestasinya menurun walaupun tidak drastis. Penilaian
orang-orang terhadap dirinya menjadi penilaian buruk yang bahkan sangat buruk. Julukan-julukan
yang Luna terima bahkan sangat menusuk di hatinya. “Pembunuh bayaran”, “Pembunuh
yang membunuh dengan perlahan”, “Muka malaikat, hati iblis” dan lain lain. Setengah
tahun ia jalani dengan julukan-julukan itu. Sampai suatu saat Eunhyuk
mengiriminya SMS terakhir. Dari saat itulah Luna berniat untuk pindah ke luar
negri.
-Flashback End-
***
Eunhyuk POV
Luna. Asal kau tau, aku tidak pernah melupakanmu. Wanita-wanita
Paris memang cantik, baik, dan berhati mulia, tapi itu semua tidak membuatku
tertarik. Park Sunyoung, sekarang kau dimana?...
***
Still Eunhyuk POV
“Appa, Eomma, aku ingin mandiri.”Pintaku saat sarapan pagi hari ini.
“Menurutku kau sudah mandiri, Eunhyuk. Kau bisa sering-sering kutinggal disini
sendiri, kan?”Appa menjawab sembari mengunyah omeletenya. “Bukan itu maksudku.
Kuliah sudah ku tamatkan, kan? Aku ingin tinggal di negara yang berbeda
sendiri.”Aku meneguk segelas susu dan segera menatap mata mereka.
“Tinggal sendiri? Kau ingin tinggal dimana?”Eomma memberikan sorot
mata waspada. “Jepang.”Jawabku mantap. “Jepang? Bukankah itu terlalu jauh dari
Paris?”Eomma lagi-lagi bertanya. Aku menghela napas pelan, “Tapi tidak jauh
dari Korea, tempat lahirku.” Appa melihatku dengan tatapan tegas, “Kau yakin?
Apakah kau berniat untuk mencari pembunuh itu? Mengajaknya kembali ke
pelukanmu? Iya?”. “Appa, sudah kubilang Luna bukan seorang pembunuh! Ia membeli
makanan itu di toko langganannya. Dan ia tidak pernah menerima barang beracun
dari sana.”Ucapku lantang.
Eomma terlihat ingin melerai tapi sudah didahului oleh Appa. “YA!
Kau tidak pernah berpikir kalau ia akan menambahkan racun-racun mematikan ke
dalam makanan itu ketika ia di rumahnya? Kau bodoh, Eunhyuk! Akal dan hatimu
sudah diperbudak olehnya! Apa yang istimewa darinya?? Wajahnya? Tidak menarik!
Aku membawamu kesini bukan hanya dasar kerjaanku, tapi untuk membuktikan padamu
kalau ada wanita-wanita lain yang sangat lebih baik darinya!”Appa membentakku
sambil memukul meja makan.
“Tidak! Asal appa tahu, aku ada disana saat ia memaketkan
barang-barangnya. Dan saat appa ada disitu pasti appa tidak akan bilang seperti
yang appa katakan tadi. ITU SEMUA FITNAH!! Appa ketinggalan berita? Polisi
sudah menghapus kasus ini dan sudah menangkap pelakunya! DAN ITU BUKAN LUNA!”Aku
ikut berdiri. Mukaku memerah karena marah. Eomma hanya bisa menutup telinga dan
menunduk, “Maafkanku, eomma……”Bisikku dalam hati.
Appa menamparku keras, sangat keras. Cairan merah asin keluar dari
sudut bibirku. Tidak kusangka appa akan bertindak seperti itu. Tanganku kutahan
hanya untuk menahan diri memukulnya, ayah kandungku sendiri. Aku segera
mengambil tablet PC dan mencari berita polisi tentang kasus Luna 5 tahun lalu.
Untunglah masih ada. Dunia memang adil padaku, tapi tidak untuk Luna.
Aku menyodorkan tablet PC itu, “Baca ini kalau appa tidak percaya.
Ini bukan rekayasa. Ini asli ditulis oleh polisi, bukan Luna.“ Mata appa memerah, sepertinya menangis. “Sudah?”Tanyaku
dengan wajah datar. “Sekarang sudah jelas, kan? Siapa yang salah? Maaf aku
tidak memberi tahumu sejak 5 tahun kemarin, maaf Appa. Aku hanya ingin tau
reaksimu,”Aku menunduk bersalah.
“Aku yang bersalah sudah menundanya bertahun-tahun.”Appa merengkuh
tubuhku yang berkeringat, “Maafkan appa sudah menamparmu, maafkan Appa. Dan ada
berita baik, baca ini.”Appa kembali menyodorkan tablet PC ke arahku. Di akhir
kata artikel itu ditulis bahwa sekarang Luna berada di Jepang, sepertinya waktu
kubaca tidak ada tulisan ini. Mungkin baru diedit kembali. “Kau boleh ke
Jepang. Appa akan mengurus semuanya.”Appa tersenyum ke arahku. “Khamsahamnida,
Appa.”Aku segera membungkuk tanda hormat.
-2 Weeks Later-
Luna POV
Kehidupanku di Jepang datar. Kuliah sudah selesai dan tidak ada
kemauan untuk bekerja. Azusa, sahabatku mengajakku untuk membuka pameran
bersama teman-temannya yang lain. Pameran tentang Benua Asia. Dan kebetulan
karena aku orang Korea, aku harus menjaga di stand Korea Selatan. Pameran ini
akan diadakan 2 hari lagi, sebentar lagi.
Saat tinggal di Jepang seperti sekarang sering muncul di pikiranku
bagaimana keadaanku kalau waktu itu aku tetap menetap di Korea. Mungkin akan
semakin terpuruk. Ah, Eunhyuk. Dimana dia sekarang? Masihkah di Paris? Apakah
sudah punya penggantiku? Apakah ia sudah menikah? Nan jeongmal bogoshippoyo.
Eunhyuk POV
Japan, I’m here. Luna, I’ll back.
Apartemen mewah yang Appa beli untukku sekarang sama sekali tidak
sesuai kemauanku. Terlalu banyak fasilitas yang membuatku terlalu malas
bergerak. Malas bergerak untuk mengetahui keberadaan Luna. Tidak, itu tidak
boleh terjadi. Malas tidak akan membuat sesuatu selesai, mereka tidak akan
berjalan sendiri tanpa usaha.
Untunglah ada tetangga apartemen ini yang berasal dari Korea juga,
sama sepertiku, Keluarga Hirasawa. Ayahnya mungkin Jepang dan Ibunya Korea,
mungkin. Jadi aku tidak terlalu sering untuk bercakap menggunakan bahasa
Jepang. Akupun sudah kenal dengan anak keluarga ini. Kemarin ia mengajakku
untuk pergi ke pameran, pameran yang diurusinya.
Tapi bukankah itu akan membuatku tidak pergi mencarinya? Jepang itu
luas, kan? Tidak hanya satu wilayah kecil saja. Tapi disana juga ada firasat
untukku bertemu dengannya. Firasat itu……..besar.
To : Suzy Hirasawa
Hey. Pameran yang kau urusi
itu tentang Asia kan? Ada Korea kan disana? Apakah kau kenal dengan orang yang
menjaga standnya nanti?
Kuketikkan cepat SMS untuk Suzy. Lama tak ada balasan. “Aish. Jangan
buatku penasaran. Palliwa.” Sekitar 10 menit kemudian dia baru membalas,
From : Suzy Hirasawa
Maaf baru membalasnya, aku
sedang menghias stand. Iya ini tentang Benua Asia. Ya pasti ada. Penjaga stand
Korea? Tentu aku kenal. Dia orang Korea juga sama sepertimu, namanya... (Some
text missing, sorry)
“Some text missing? Damn.”
To : Suzy Hirasawa
Some text missing, suzy-ya.
Kirimkan sekali lagi.
“Bodoh. Kenapa kau tidak minta namanya saja.”
To : Suzy Hirasawa
Ah, tidak. Kau beritahu
namanya saja.
30menit dan itu membuatku mengantuk. Jam yang masih menunjukkan
pukul 4 sore menyuruhku untuk membersihkan diri. Selesai mandi, kaos simple dan
celana santai selutut menemaniku sore ini. Ponselku bergetar, ada SMS.
From : Appa
Kau sudah menemukannya? Aku
akan menyusulmu kira-kira 4 hari lagi. Kau harus sudah menemukanya ketika aku
kesana, Arachi?
“4 Hari? Kau pikir Jepang kecil, appa. Jinjja.”
To : Appa
4 Hari? Tidak terlalu
cepat?
From : Appa
Tidak, itu waktu yang lama.
Aku sudah membooking pesawat untuk 3 hari kedepan. Jadi waktu mencarimu kukurangkan
sehari. Selamat mencari!
“3 hari? Neo…… Ash jinjja.”Kutarik jaket dari gantungan kamar dan
segera berlari keluar apartemen. “Dimana dia?”Kata-kata itu selalu muncul kalau
wajahnya tiba-tiba muncul di pikiranku. Ah, wajahnya selalu ada di pikiranku.
Kuhentikan langkah di depan café antik dipinggir jalan. Cukup nyaman
sepertinya. Ketika kuinjakkan kaki ke dalam café itu, aroma antik tercium.
Kupilih Vanilla Latte untuk menemani sore ini dan mengambil tempat duduk dekat
jendela. Dari sebrang terlihat jelas bus shelter dengan sedikit orang yang
menunggu. Itu seperti Luna. Wajahnya tidak berbeda. Mungkin warna rambutnya
yang berbeda. Dia terlihat lebih dewasa. Luna.
“Luna?”Pikiranku buyar. Shit dia sudah naik bis. Eunhyuk bodoh. Aku
segera membayar dan berlari kencang menembus kendaraan yang berlalu lalang. “LUNA!!
PARK LUNA!!”Teriakku tak memperdulikan suara klakson yang nyaring. Sesampainya
di bus shelter itu, tidak ada orang lain disana. Sepertinya bisnya sudah pergi.
Apa itu? Benda berkilau dari sudut tempat duduk shelter ini. Bukan cincin
sepertinya. Ada secarik kertas kecil dengan klip disana.
Luna Park? Park Luna? Hey, jadi benar itu Luna. Kau bodoh, Eunhyuk.
Jelas-jelas tadi Luna ada di sini. Kau lama berpikir. “Bodoh!”Teriakku pelan
sabil memukul kepalaku. Orang-orang yang berlalu lalang tidak ku acuhkan. “Hey,
anak muda. Apakah kau depresi, eo? Kau bisa datang ke kedai alkohol ini. Kami
baru buka dan akan ada wanita-wanita cantik dan seksi yang menemanimu. Semoga
kau sukses malam ini.”Seorang pria dengan perawakan sedang memberikanku brosur.
Kedai alkohol? Tidak, aku tidak minat.
Luna POV
Menghias stand untuk lusa memang membuat badan pegal-pegal.
Bagaimana tidak, aku harus membawa meja dengan hiasan-hiasan hanya seorang diri
dari lantai tiga hingga lantai satu. Tidak ada lift pula. Itupun harus ku
kembalikan lagi ke lantai tiga karena ternyata stand Korea ada di lantai tiga.
Kulangkahkan kaki ke bus shelter dekat gedung. Cuacanya cerah.
Matahari sore yang hangat sedikit menghilangkan rasa kantuk ini. Sembari
menunggu bis, aku menulis catatan-catatan kecil dan menempelnya dengan klip
kecil di buku catatan. Bisnya sudah datang, setelah memasukkan buku catatan ke
dalam tas, aku segera menaiki bis. “LUNA!! LUNA PARK!!”Ada yang memanggilku?
Seperti suara Eunhyuk.
Aku duduk di bagian paling belakang. Ketika kulihat ke belakang sepertinya
tidak ada yang memanggilku. Tapi suara itu…. Begitu nyata. Perjalanan menuju
shelter bus berikutnya masih agak jauh. Ku ambil ponsel ku dan mengirim Azusa
sebuah text.
To : Azusa-chan~
Hei. Tanggung jawab.
Badanku pegal-pegal sekarang. Kalau aku lusa tidak kesana, itu salahmu ya. Haha
Yawning~ Mataku tertuju pada buku catatan. Saat ku buka seperti ada
yang hilang. “Biru, Orange, Hijau, Turqoise. Hanya ada empat? Yang coklat mana?”Gumamku
sambil mengacak-acak isi tas.
Tidak. Tidak ada. Suara rem bis yang bergesekan dengan aspal
berbunyi nyaring. Mungkin kertas itu tertinggal di shelter. Ah biarlah.
Eunhyuk POV
To : Appa
Kau tidak akan percaya apa
yang aku temukan tadi!!
From : Appa
Kau sudah menemukan Luna?
To : Appa
Tidak, Aku hanya menemukan
tanda dimana Luna sekarang. Aku menang kan?
From : Appa
Kalau kau sudah menemukan
Luna, baru ku anggap kau menang.
Ku simpan baik-baik catatan tangan Luna tadi. Tulisannya manis. Tapi
aku tidak suka kata-katanya. “Or…Forget him.”Apa maksudnya? Dia ingin
melupakanku? Setelah penantian lamanya? Bukankah itu akan membuatnya semakin
perih? Aneh.
-2 Days Later-
Luna POV
08.00 a.m
Badanku pegal-pegal. Ini serius. Badanku juga panas dingin.
Sepertinya tidak bisa aku kesana. Ketika mengambil ponselku, kulihat 5 unread
messages dan 7 misscall dari Azusa. Intinya sama, menanyakan kalau aku sudah
siap atau belum.
To : Azusa-Chan~
Gomenasai, Azusa-chan. Aku
tidak enak badan. Tidak apa-apa,kan kalau aku tidak datang ke sana?
From : Azusa-Chan~
BENARKAH? Ah itu pasti
karena kau mengangkat banyak barang. Ya sudah, tidak apa-apa. Cepat sembuh,
Luna. Masih ada hari besok. Kau harus menjaga stand besok ya, hehe.
To : Azusa-Chan~
Ya, thanks Azusa. Tapi
siapa yang akan menggantikanku?
From : Azusa-Chan~
Aku tidak tahu. Tapi aku
punya teman baru dari Korea juga
To : Azusa-Chan~
Siapa?
From : Azusa-Chan~
Rahasia
***
“Dingin ya.”Gumamku sambil beranjak dari kasur dan mengambil jaket
tebal dari lemari. Setelah memakainya aku duduk kursi dekat jendela. Terlihat
di sebrang sana ada apartemen lain dengan jarak yang lumayan dekat. Disitulah
Azusa tinggal. Ponselku bergetar. SMS dari unknown number.
From : [Unknown Number]
Kau yang seharusnya menjaga
stand kan? Kata Suzy aku yang akan menggantikanmu. Barang-barang ada dimana?
Tidak ada yang tau selain kau.
To : -
Ini siapa? Suzy yang kau
maksud Azusa kan? Ada di koper besar, bawah meja yang ada di aula. Terimakasih
sudah menggantikanku
From : -
Tidak apa-apa. Katanya kau
sakit? Cepat sembuh ya, mungkin besok kita akan bertemu.
To : -
Iya, terimakasih banyak.
From : -
Sama-sama.
-End of conversation-
Ringtone panggilan masuk berbunyi. “Ini siapa?”Sapaku. “Hey, ini aku
yang menggantikanmu untuk menjaga stand. Aku masih bingung, maksudnya ini apa?”Tanyanya
dari sebrang. “Bagaimana aku akan menjawab kalau objeknya tidak di hadapanku?
Aneh.”Gerutuku. “Nona, kau orang Korea kan?”Tanyanya lagi. “Ya. Kenapa?”Jawabku.
“Namamu siapa?”Katanya santai. “Bahkan kita belum pernah bertemu sebelumnya.
Namaku Park Sun…..tuttuttuttut”Kulihat layar ponselku, “Battery is Empty.”Ah!
/pouts/
Sepertinya keadaanku membaik. Apakah aku harus datang ke pameran?
Eunhyuk POV
HEY!! BESOK APPA AKAN DATANG!! AKU BELUM MENEMUKAN LUNA!! Suzy, kau
mengambil dua hariku. “Arrrrgg!!”Sesekali kujenggut rambut coklat ini dalam
perjalanan menuju stand Suzy. “Suzy-ya! Kau harus bertanggung jawab, ini semua
kesalahanmu!!”Teriakku di hadapannya setelah menemukanya di keramaian. “Ya!
Wae? Kau yang menerima kan?”Suzy agak menjauh, mungkin risih.
Aku mengambil napas panjang dan berkata, “Aku kesini untuk mencari
Luna, pacarku. Ayahku besok akan datang kesini dan menagih janjiku, tapi aku
belum menemukannya sekarang!”. Suzy melongo, “Luna? Park…”Seseorang menepuk
pundak Suzy dari belakang,“Hei, Azusa. Akhirnya aku menemukanmu.”Sapa seseorang
itu.
“Kau kan sakit? Kenapa disini? Ayo pulang. Wajahmu pucat.”Suzy
membelakangiku dan menghadap seseorang yang menepuk pundaknya. “Suzy, kau
tinggi. Jangan menutupinya dariku.”Gumamku pelan.
“Eunhyuk, ini yang seharusnya
menjaga Stand, karena ia tadi sakit jadi ia kusuruh istirahat. Tapi ia sudah
merasa sehat dan datang kesini. Kau bisa bersamanya.”Suzy berbalik dan, “Brak!”Perempuan
yang diperkenalkan jatuh tersungkur di tengah keramaian.
“Kau pingsan! Luna!”Suzy jongkok dan menarik luna kepelukannya. “Kau!
Kenapa diam saja? Cepat bawa dia ke tempat yang sepi, bodoh!”Teriak Suzy
melihatku dari bawah. “Ah, ne.”Pikiranku buyar setelah Suzy menyebutkan
namanya, Luna. Luna. Aku menemukannya!
Setelah membawanya ke ruang kesehatan gedung pameran ini, Suzy
meninggalkanku dan Luna sebentar untuk mengambil persediaan obat yang ia bawa.
Tapi tasnya ada di lantai satu, Suzy alias Azusa itu bodoh.
Luna tertidur dengan kepalanya di pahaku. Rambutnya yang berwarna
coklat tua sebahu membuat dia terlihat manis. Poninya yang menutupi matanya
sengaja kusingkap untuk melihat wajahnya yang tidak berubah. Kulihat bibirnya
pucat.
“Ah, dia yang seharusnya menjaga stand? Berarti yang tadi kusms dan
kutelpon adalah Luna? Bagaimana caranya kau tak mengenali suara pacarmu
sendiri? Pabo.”Kataku dalam hati. Tak lama Suzy datang membawa kotak P3K dan
segera mengambil sesuatu dari dalamnya. “Apa itu? Jangan berikan yang tidak kau
ketahui padanya.”Aku segera menggeser tempat dudukku untuk menjauh darinya.
“YA! Ini minyak untuk menghangatkannya. Kau pikir ini ganja? Gila.”Suzy
menuangkan cairan itu ke jari telunjuknya lalu mengusapnya di antara bibir dan
hidung Luna. “Efeknya agak lama. Kalau kutinggal, tidak apa-apa?”Tanyanya
sambil berdiri. “Tidak apa-apa. Malah kalau kau pergi lebih bagus.”Jawabku
santai.
“Jangan apa-apakan Luna. Dia sahabatku, tau? Kalau terjadi apa-apa
dengannya, aku akan membunuhmu.”Suzy menutup pelan pintu ruang kesehatan.
“Luna-ya. Kemarin aku memanggilmu tapi kau tidak menoleh ke arahku.
Apakah kau tidak mendengarnya? Eh iya, ayahku mengancamku, kalau aku tidak
menemukanmu hari ini, ayah akan membawaku ke Paris lagi. Untunglah kau datang.
Tapi kau jadi pingsan begini. Luna, bangun.”Aku menepuk-nepuk pelan pipi Luna.
Lama dengan posisi duduk sila seperti ini juga membuatku pegal.
Pelan-pelan aku membetulkan posisi dudukku, dan tak sengaja hidung Luna terkena
lututku. “Appo ish”Luna mengusap pelan hidungnya. “Kau sudah bangun?”Aku segera
membetulkan posisinya menjadi duduk menghadapku. ‘’Siapa kau?”Dia mengerjapkan
matanya sambil sesekali menguceknya.
“Tebak siapa aku.”Candaku. “……”Dia membungkam mulutnya. “Hey? Kau
lupa?”Ah dia terlalu bertele-tele. “Aku pacarmu!”Lanjutku.
Author POV
Suara ponsel Eunhyuk berbunyi. “Yeoboseyo?”Eunhyuk mengangkatnya
tanpa melihat layarnya terlebih dahulu. “Kau dimana? Appa sudah di depan
kamarmu tapi tidak ada siapa-siapa. Cepat kesini! Dan kau harus bersama Luna.”Kata
seseorang di sebrang sana.
“Appa menelponku untuk pulang. Kau harus ikut.”Eunhyuk segera
menaruh ponselnya di kantong. “Masih pusing. Lagipula siapa kau menyuruhku
untuk ikut denganmu.”Gumam Luna pelan. “Luna-ya, aku serius. Ayolah ikut ya?”Eunhyuk
memohon. “Ayahmu tidak marah kalau aku ikut? Ayahmu amnesia? Benarkah itu?”Luna
memasang tampang seperti anak kecil sambil terus bertanya. “Nanti saja
ceritanya. Appa keburu
berubah pikiran. Kajja.”Eunhyuk berdiri dan meraih
tangan Luna.
Luna menerimanya sambil bertanya, “Kita pergi tanpa member tau Suzy?
Nanti kalau dia mencari?” Eunhyuk berdecak, “Hey. Lupakan itu, itu masalah
nanti. Kita bisa mengirim sms untuknya. Arachi?”Luna segera berdiri dan
bergumam, “Aku belum mandi padahal.”. Eunhyuk menengok ke arahnya. “Jinjja, kau
ini. Tapi makan sudah kan?”Eunhyuk bertanya. Luna menjawabnya hanya dengan
gelengan kepala dan tersenyum.
“Nanti dijalan kita beli roti. Ayo berdiri.”Eunhyuk
membangunkan Luna dari duduknya dan pergilah mereka ke Apartemen Eunhyuk.
--------
Suzy membuka pintu ruang kesehatan, tidak ada siapa-siapa disana. “Ash
mereka benar benar-_-.”Cibir Suzy.
----------
“Oppa, baegoppa...”Rengek Luna di jalan.”Lalu kenapa kau tidak makan
dulu sebelum ke sana tadi? Kau masih kuat? Sebentar lagi ada minimarket, kita
beli roti disana.”Jelas Eunhyuk. “Andwaeyo, sakit.”Luna meremas pelan perutnya.
“Ah, ayo naik. Aku gendong kau sampai sana, ppali.”Eunhyuk segera jongkok untuk
menggedong Luna.
Di sela-sela perjalanan
mereka menuju minimarket, Eunhyuk bercerita tentang perubahan pemikiran Ayahnya
terhadap Luna. Mereka juga saling bercerita tentang kehidupan mereka 5 tahun
belakangan ini.
“Jangan membuatku tertawa, sakit perut.”Omel Luna ketika
Eunhyuk bercerita pengalaman lucunya di Paris.
“Sakit perut? Perutmu kan besar, kukira kau tahan kalau tidak makan,”Tawa
Eunhyuk pecah. “YA! KAU PIKIR AKU AKAN KUAT KALAU TIDAK MAKAN DARI KEMARIN
SIANG? GILA.”Luna berteriak tepat dikuping Eunhyuk sambil menendang bokong
Eunhyuk \(-_,-)V “Aish. Turun. Sampai. Aku tunggu di luar. Ini uangnya, ingat,
hanya membeli roti dan minuman. Arasseo?”Eunhyuk mengeluarkan uang dari
dompetnya dan tidak mendapati Luna di hadapannya. Matanya tertuju ke dalam
minimarket di depannya. “Ckckck Luna-Luna. Beginikah sikapmu
sekarang? Tidak berubah.”Kata Eunhyuk dalam hati.
Eunhyuk
menunggu di depan minimarket hampir 15 menit lamanya. “Ppali! Ayahku menunggu
lama disana. Jangan buat Ayahku berubah pikiran!”Teriak Eunhyuk dari Luar
ketika melihat Luna sedang membayar belanjaannya di kasir. Luna mengembungkan
pipinya dan menatap Eunhyuk dengan tatapan ─ARASSEO.─
Luna
keluar dengan 2 plastik berukuran sedang dijinjingannnya. “Hey, apa yang kau
beli? Kau kan hanya membutuhkan roti sekarang.”Tangan Eunhyuk meraih kedua plastik
itu untuk dibawanya. “Satu saja, dengan begini kita bisa bergandengan, kan.”Luna
memberi salah satu plastiknya pada Eunhyuk dan meraih tangan Eunhyuk yang
satunya.
“Aku
sangat berharap ini tidak akan terlepas.”Kata Eunhyuk penuh arti sambil
menyeimbangi langkahnya dengan langkah Luna. “Aku juga. Jangan lepaskan ini.”Luna
mempererat genggaman tangannya. “Aku janji. Jeongmal saranghaeyo, Luna-ah.”Eunhyuk
mencium pipi Luna lembut. Pipi Luna memerah, “Nado, Oppa.”Senyum terukir di
wajah mereka berdua.
-FIN-
Akhirnya
selesai. LOL. Gantung ga? Engga kan? Engga dong. Thx ;]